
Ringkasan:{alertSuccess}
- Berbagai kebiasaan sederhana dalam membuat kata sandi ternyata menjadi penyebab utama kebocoran akun digital.
- Dari penggunaan password default hingga pola keyboard, seluruhnya dapat dimanfaatkan peretas dalam hitungan detik.
niadi.net — Kata Sandi Lemah Jadi Celah Utama Serangan Siber. Di tengah meningkatnya kasus pencurian data dan pembobolan akun digital, kebiasaan pengguna dalam membuat kata sandi masih jauh dari aman.
Banyak yang menganggap password sebagai hal kecil, padahal laporan berbagai lembaga keamanan siber menunjukkan mayoritas insiden peretasan terjadi akibat lemahnya pengelolaan kredensial pengguna.
Akun media sosial, layanan belanja daring, perbankan digital, hingga akses email bisa dibobol hanya karena pilihan kata sandi yang tidak memadai. Tidak jarang, peretas tak perlu keterampilan teknis tingkat tinggi — cukup menebak pola umum yang digunakan banyak orang.
Beberapa kebiasaan bahkan dianggap "normal" karena mudah diingat, padahal justru menjadi pintu masuk serangan brute force, dictionary attack, hingga pengambilalihan akun otomatis. Untuk meningkatkan keamanan digital, penting memahami kebiasaan apa saja yang membuat password rawan diretas dan bagaimana cara memperbaikinya.
Berikut rangkuman sembilan kebiasaan yang paling sering membuat kata sandi rentan disalahgunakan.
1. Membiarkan Password Default "admin" Tidak Diganti
Salah satu kesalahan paling fatal adalah menggunakan kata sandi bawaan perangkat atau aplikasi. Banyak modem, router, kamera CCTV, bahkan sistem login admin website menggunakan kombinasi standar seperti "admin".
Mengapa Password Default Berbahaya?
- Kata sandi bawaan bersifat publik dan dapat ditemukan dengan mudah lewat internet.
- Peretas biasanya mencoba kredensial ini sebagai langkah pertama dalam upaya pengambilalihan perangkat.
- Tidak menggantinya berarti pengguna membiarkan akses terbuka tanpa hambatan.
Mengabaikan perubahan password default sama saja membuka pintu lebar bagi siapa pun yang ingin masuk.
2. Menggunakan "password" atau Variasi Serupa
Penggunaan kata sandi seperti "password", "Password1", hingga "p@ssw0rd" masih sangat umum ditemukan. Kombinasi ini sering dianggap pintar karena memakai variasi huruf besar–kecil dan angka, tetapi kenyataannya tetap mudah diprediksi.
Rentan terhadap Serangan Otomatis
Sistem brute force selalu memulai tebakan dari kata-kata dasar yang terkenal. Menambahkan angka atau simbol tidak membuatnya unik karena pola tersebut sudah terdaftar dalam basis data kata sandi buruk yang banyak beredar.
Jika digunakan untuk akun penting seperti email atau mobile banking, risiko pembobolan meningkat berkali-kali lipat.
3. Memakai Angka Berurutan seperti "123456"
Pola Numerik yang Mudah Diprediksi
Kombinasi seperti "123456", "111111", atau "123123" termasuk yang paling cepat diretas. Dalam beberapa pengujian keamanan, password berurutan dapat dipecahkan dalam hitungan milidetik.
Pengguna kerap memilihnya karena mudah diingat, tetapi password sederhana ini tidak menawarkan perlindungan apa pun.
Dampak Besarnya bagi Keamanan Akun
Jika digunakan pada layanan yang memuat data sensitif—misalnya layanan keuangan atau email pekerjaan—risikonya makin besar karena pembobolan bisa merambat ke akun lain.
4. Mengandalkan Pola Keyboard seperti "qwerty"
Pola keyboard umum seperti "qwerty", "asdfgh", atau kombinasi "qwerty123" masih sangat populer. Namun, pola ini adalah salah satu yang paling mudah ditebak oleh peretas.
Pola Keyboard adalah Target Utama
Hacker mengetahui bahwa pola huruf berurutan memudahkan pengguna mengetik. Karena itu, skrip otomatis selalu memprioritaskan pola keyboard pada tahap awal serangan.
Meskipun pengguna menambahkan angka atau simbol, pola tersebut tetap dianggap lemah karena algoritma serangan sudah terlatih untuk mengenalinya.
5. Menyisipkan Nama Layanan Digital dalam Password
Menggunakan kata sandi seperti "Tiktok123", "Google123", atau "Instagram01" sering dilakukan demi kemudahan mengingat. Namun, cara ini justru membuat password makin mudah diprediksi.
Peretas Memahami Pola Pengguna
Jika satu akun diretas atau bocor datanya, peretas biasanya langsung mencoba versi lain dari pola yang sama di berbagai platform. Misalnya, jika seorang pengguna memakai "Shopee123", besar kemungkinan ia memiliki pola yang sama untuk layanan lain.
Jenis password ini sangat tidak aman untuk layanan penting, khususnya yang terhubung ke email atau metode pembayaran.
6. Menggunakan Frasa Populer seperti "Iloveyou"
Ungkapan umum seperti "Iloveyou", "Thankyou", atau "Welcome1" sering dipilih karena terasa personal dan mudah diingat.
Kata Emosional Merupakan Tebakan Standar Hacker
Password berbasis perasaan atau kalimat romantis adalah salah satu yang paling sering muncul dalam serangan dictionary attack. Peretas selalu memasukkan kata-kata populer ke dalam daftar serangan karena frekuensi penggunaannya tinggi.
Menambahkan angka seperti "Iloveyou22" tetap tidak cukup kuat karena struktur katanya mudah ditebak oleh sistem otomatis.
7. Menggunakan Nama dan Tahun Lahir
Kata sandi dengan format "NamaTahun", misalnya "Jokowi29", "Prabowo2029", atau "Anies29", terlihat sederhana tetapi sangat berbahaya.
Data Pribadi Mudah Didapatkan
Informasi seperti nama lengkap, tanggal lahir, nama panggilan, hingga tahun kelahiran sering ada di media sosial. Peretas dapat menggabungkan informasi tersebut untuk menebak kata sandi hanya dalam beberapa percobaan.
Mengapa Tidak Boleh Menggunakan Informasi Pribadi?
- Mudah ditemukan di internet
- Tidak berubah dalam jangka waktu lama
- Polanya sangat umum digunakan
Password yang bersumber dari data pribadi hampir tidak memiliki nilai keamanan.
8. Memakai Nama Klub atau Tim Olahraga Favorit
Nama klub sepak bola, basket, atau baseball sering digunakan sebagai password karena menggambarkan identitas dan mudah diingat.
Password Fans Mudah Ditebak
Contoh seperti "PersibFC", "Persija1928", atau "SatriaMuda93" masuk dalam daftar kata sandi yang paling sering dibobol. Banyak peretas mengetahui kecenderungan ini, sehingga pola serangan mereka biasanya mencakup nama-nama klub populer.
Jika ingin tetap memakai referensi ini, kombinasinya harus sangat acak—bukan sekadar nama tim yang mudah dikenali.
9. Menggunakan Kata Kamus yang Umum Dipakai
Serangan dictionary attack memanfaatkan ribuan kata dari kamus bahasa dunia. Itulah sebabnya kata seperti "invalid", "welcome", "sunshine", atau "dragon" mudah sekali ditebak.
Kata Kamus Tidak Lagi Aman
Password yang hanya berupa satu kata kamus—meski terlihat unik—tetap tidak mampu melawan serangan otomatis. Tanpa variasi acak dari angka dan simbol, kombinasi tersebut bisa dipatahkan dalam waktu singkat.
Rekomendasi Kombinasi Lebih Kuat
Keamanan kata sandi meningkat pesat bila pengguna memakai:- Tiga hingga empat kata acak
- Ditambah simbol dan angka
- Tanpa pola yang saling berkaitan
Kombinasi acak jauh lebih sulit ditebak dibanding kata tunggal.
Cara Membuat Kata Sandi yang Lebih Aman
Untuk mengurangi risiko diretas, ada beberapa langkah yang direkomendasikan para pakar keamanan siber:
1. Gunakan Password Manager
Aplikasi manajemen password dapat membuat dan menyimpan kata sandi acak tanpa perlu Anda hafalkan.
2. Aktifkan Verifikasi Dua Langkah (2FA)
Kode OTP atau aplikasi autentikator menambah lapisan perlindungan meskipun password bocor.
3. Hindari Penggunaan Password yang Sama di Banyak Akun
Satu kebocoran data saja bisa membuat seluruh akun lain ikut terancam.
4. Ubah Password Secara Berkala
Pergantian rutin membantu meminimalkan risiko ketika terjadi kebocoran data tanpa disadari.
Kata sandi masih menjadi lapisan pertahanan utama dalam dunia digital. Namun, banyak pengguna tanpa sadar menggunakan pola yang mudah ditebak. Dengan mengenali sembilan kebiasaan buruk dalam artikel ini, pengguna bisa memperbaiki praktik keamanan pribadi dan mengurangi risiko menjadi korban peretasan.