
niadi.net — Gelombang banjir dan longsor yang melanda tiga provinsi di Sumatra memasuki fase kritis. Laporan terbaru BNPB hingga Senin (01/12) menunjukkan 604 korban meninggal dunia dan 464 warga dinyatakan hilang.
Bencana dengan cakupan luas ini berdampak pada lebih dari 1,5 juta jiwa, sekaligus merusak puluhan ribu rumah dan infrastruktur vital di Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat.
Data yang disampaikan BNPB pada pukul 18.26 WIB memerinci korban jiwa tersebar di Sumatra Utara (283 korban), Sumatra Barat (165 korban), dan Aceh (156 korban).
Sementara kerusakan bangunan meliputi 27.000 rumah, 282 fasilitas pendidikan, serta 271 jembatan yang mengalami kerusakan berat.
Penyebab Bencana Menurut BMKG dan BRIN
BMKG memastikan bahwa curah hujan ekstrem yang memicu banjir dan longsor dipengaruhi Siklon Senyar, fenomena atmosfer yang disebut jarang sekali muncul di garis khatulistiwa. Peneliti BRIN, Erma Yulihastin, menegaskan bahwa siklon ini termasuk kategori langka di Indonesia.
Selain faktor cuaca, berbagai ahli menilai kerusakan lingkungan dan pembangunan yang tidak terkontrol berkontribusi memperparah dampak. Walhi menyoroti ekspansi industri ekstraktif yang membuat daerah semakin rentan.
Peneliti BRIN lainnya, Fakhrudin, menyebut sedimentasi sungai dan perubahan morfologi akibat pembangunan membuat air lebih cepat meluap.
Dua Daerah Masih Terisolasi
BNPB menjelaskan bahwa sampai Minggu (30/11), terdapat wilayah yang belum dapat diakses.
Kepala BNPB, Suharyanto, mengatakan: "Yang sekarang masih perlu mendapat perhatian secara serius adalah dua daerah. Yang pertama Tapanuli Tengah, yang kedua Sibolga," ujarnya.
Suharyanto menerangkan bahwa akses ke Tapanuli Tengah hanya bisa dilakukan lewat udara, sementara Sibolga dapat dicapai melalui jalur darat dari Tapanuli Tengah atau lewat laut.
Karena kekhawatiran masyarakat terhadap stok bahan makanan, sejumlah insiden pengambilan barang di toko modern sempat viral. BNPB memastikan aparat bergerak cepat mengamankan distribusi bantuan.
Longsoran sepanjang 50 kilometer membuat jalur darat belum dapat dilalui. Meski demikian, satgas gabungan TNI/Polri terus membuka akses jalan, sementara helikopter menyalurkan logistik ke titik yang paling membutuhkan.
"Jumlahnya nggak banyak, tapi akan datang terus-menerus," jelas Suharyanto terkait distribusi bantuan logistik dari dua kapal perang TNI AL yang menuju Sibolga.
Prabowo Tinjau Langsung Daerah Terdampak

Presiden Prabowo Subianto turun langsung memantau situasi pascabencana di Tapanuli Tengah, Sumatra Utara. Dalam kunjungannya, Prabowo menegaskan komitmen pemerintah untuk mempercepat penanganan darurat.
"Banyak jalan yang masih terputus, tapi kita segera melakukan segala upaya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami," kata Prabowo.
Menurutnya, bantuan logistik akan dikirim tanpa jeda, termasuk melalui jalur udara dan laut. Prabowo menyebut kapal besar dan pesawat militer telah disiagakan.
"Sekarang masalah BBM, tapi kapal besar sudah mendarat di Sibolga, kemudian Hercules terus kita kerahkan. Mungkin tiap hari berapa titik bisa didaratkan, ya," ujarnya.
Usai dari Tapanuli Tengah, Presiden melanjutkan kunjungan ke Kutacane, Aceh Tenggara, untuk memantau posko pengungsian dan akses wilayah yang masih terhambat.
Pemerintah Kirim Bantuan Besar-Besaran
Pengiriman Melalui Udara dan Laut
Pemerintah pusat telah memberangkatkan bantuan pada Jumat, 28 November 2025, menggunakan kombinasi pesawat Hercules dan A400.
Seskab Teddy Indra Wijaya menjelaskan: "Jadi akan ke Padang, Sumatra Barat, kemudian ke bandara terdekat di Tapanuli, itu tepatnya nanti akan ke bandara Silangit, Sumatra Utara, kemudian satu ke bandara di Banda Aceh dan Lhokseumawe Aceh Utara karena adalah bandara terdekat dengan lokasi terdampak," ungkapnya.
Bantuan yang dikirim berupa tenda, perahu karet, genset, perangkat komunikasi, makanan siap saji, serta dukungan tim medis dari TNI dan Kemenkes.
BNPB juga mengirim alat internet satelit untuk mengatasi gangguan komunikasi.
"Starlink sudah didistribusikan ke pemerintah daerah, baik di titik pengungsian maupun di posko penanganan darurat," kata Suharyanto.
Kondisi Terkini Aceh
BNPB mencatat 156 korban meninggal, 181 orang hilang, dan 1.800 warga luka-luka di Aceh. Jumlah pengungsi mencapai 479.300 jiwa di 20 kabupaten/kota.
Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menetapkan status tanggap darurat 28 November–11 Desember 2025.
"Hari ini saya Gubernur Aceh menetapkan status keadaan tanggap darurat bencana hidrometeorologi di Aceh," ujar Muzakir.
Akses transportasi banyak terputus, termasuk jalur Banda Aceh–Medan, serta sejumlah jembatan yang rusak di Meureudu dan wilayah Aceh Utara. Beberapa kabupaten seperti Aceh Tengah, Gayo Lues, dan Bener Meriah kini terisolasi.
Perkembangan di Sumatra Utara
Sumatra Utara mencatat 283 korban meninggal dan 169 warga hilang. Korban tersebar di Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Sibolga, Humbang Hasundutan, hingga Padang Sidempuan.
Suharyanto menjelaskan bahwa data dapat bertambah, mengingat: "Data ini akan berkembang terus masih ada titik-titik yang belum ditembus. Yang diindikasikan di lokasi longsor itu mungkin juga ada korban jiwa," ungkapnya.
Puluhan titik jalan nasional terputus, termasuk ruas Tarutung–Sibolga, jalur Singkuang–Tabuyung, serta Batang Natal–Muara Batang Gadis.
Normalisasi dilakukan dengan pengerahan alat berat sejauh 40 kilometer di rute Tarutung–Sibolga.
Distribusi logistik dilakukan melalui jalur darat, udara, dan laut, menggunakan pesawat Caravan, helikopter EC 155, dan peralatan berat.
Kondisi Terkini Sumatra Barat
Sumatra Barat melaporkan 165 korban meninggal, 114 hilang, 112 korban luka, dan 41.800 warga mengungsi.
BNPB mencatat kerusakan berat di wilayah Agam, Pesisir Selatan, Kota Padang, Solok, Pasaman, dan Tanah Datar.
Sejumlah jembatan dan jalan provinsi/nasional terputus, termasuk:- Koto Mambang–Balingka
- Pasar Baru–Alahan Panjang
- Panti–Simpang IV
- Padang Panjang–Sicincin
- Simpang Taman–batas Lubuk Sikaping
Pemprov Sumbar menetapkan status tanggap darurat hingga 8 Desember 2025.